Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari Tahun 610 – 547 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai seorang filosof ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ahli ilmu bumi. Ia konon adalah orang pertama yang membuat peta.
BIDANG ASTRONOMI
Menurutnya, dunia kita terletak di tengah- tengah alam semesta ini: berbentuk seperti silinder, di sekitarnya ada lingkaran- lingkarang cincin (berwujud seperti selang) yang penuh berisi api, dan selang- selang itu berlobang-lobang. Lewat lobang inilah kita bisa melihat api di dalam cincin-cincin tersebut. Itu makanya, bintang-bintang, bulan, matahari adalah “lobang lewat mana” kita bisa mengetahui adanya cincin-cincin di langit itu. Yang terpenting dari sistem yang diajukan Anaximandros ini adalah simetri yang ia ajukan: meskipun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia menemukan adanya keteraturan. Dan lebih dari itu, simetri itu mengijinkan dirinya menyatakan bahwa dunia kita “tidak bergerak”.
Anaximandros berpendapat bahwa bumi kita tepat berada di tengah-tengah sehingga tidak ada satu alasanpun untuk menjelaskan mengapa ia bergerak ke satu titik daripada titik lainnya. Sama seperti seekor keledai yang berada di antara 2 gundukan jerami di arah berlawanan dengan jarak yang sama, ia akan berhenti, dan mati kelaparan karena tidak pernah memilih arah mana yang mau diambil.
Kematian keledai dan immobilitas bumi kita diterangkan dengan sebuah prinsip yang sekarang kita kenal sebagai prinsip kecukupan rasio (principe of sufficient reason) :
- Jika tidak ada alasan bahwa X muncul (terjadi) daripada Y (jika tidak ada alasan aku mengambil jalan lurus atau mengambil putaran di depan)
- Jika tidak mungkin bahwa X dan Y muncul (terjadi) bersama-sama (jika tidak mungkin untuk berjalan lurus dan berbelok sekaligus)
- Maka kesimpulannya: baik X maupun Y tidak ada (maka aku tdk jalan lurus dan tidak berbelok, aku diam!)
Prinsip abstrak ini yang kemudian diterapkan Anaximandros kepada astronomi untuk mengatakan bahwa bumi kita diam.
ASAL MULA MANUSIA
Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Orang sering mengatakan bahwa Anaximandros menjadi pendahulu teori evolusi spesies-spesies . Berhadapan dengan ragam kehidupan di dunia, ia mencoba mencari dari mana asal-usul semuanya, dan terutama dari mana manusia muncul. Barangkali, karena pengaruh gurunya, Thales, yang mengusulkan physis air sebagai dasar kehidupan, ia lalu mengusulkan bahwa asal-usul mereka adalah daerah lembab . Lalu bagaimana bisa muncul kuda, kambing, yang semuanya tidak terlalu dekat hidupnya dengan hal-hal lembab ? Maka dibuatlah spekulasi bahwa dulu-dulunya semua berasal dari ikan atau semacam ikan yang dilindungi oleh cangkang. Tentang manusia ? Manusia adalah satu-satunya binatang yang menyusui dalam periode lama untuk akhirnya bisa makan sendiri. Jika demikian, maka manusia pertama pasti tidak demikian, karena jika begitu ia akan cepat mati. Maka diusulkan bahwa manusia pertama dikandung cukup lama dalam binantang semacam ikan, sampai kemudian keluar darinya. Dan baru setelah itu ia bisa berkembang biak sendiri.[8
PHYSIS ITU BERNAMA APEIRON
Seperti juga gurunya, Anaximandros mencari asal dari segalanya. Ia tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan gurunya. Yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Tetapi yang satu itu bukan air. Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti- hentinya, sedangkan yang dijadikannya tidak berhingga banyaknya. Jika benar kejadian itu tidak berhingga, seperti yang lahir kelihatan, maka yang “asal” itu mestilah tidak berkeputusan.
Yang asal itu, yang menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan dengan panca indera kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Di mana yang bermula dingin, di sana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkepunyaan?
Simplicius mengatakan bahwa Anaximandros berbicara tentang proses menjadi dan hilangnya alam semesta. Menurutnya, semua terjadi menurut tatatan waktunya : artinya, secara teratur, segala hal yang muncul pada waktunya akan dibalas/ditebus. Tanaman tumbuh dan berkembang dari tanah dengan mengambil unsur-unsur dari dalam tanah. Pada waktunya, tanaman akan mati, membusuk dan materinya dikembalikan lagi menjadi tanah. Saat tanaman tumbuh, ia melakukan ketidakadilan kepada tanah karena ia menyerap unsur-unsurnya untuk kehidupannya. Tanaman mencuri apa-apa yang diperlukannya dari tanah. Namun, sekali tanaman itu mati dan membusuk, ia menebus (membalas) ketidakadilan yang ia lakukan dengan menjadi unsur-unsur bagi tanah. Hujan jatuh dari udara, lalu air hujan akan diuapkan oleh panas matahari, dan ia akan kembali menjadi udara lagi. Hujan (air) mengambil substansi airnya dari udara, ia mencurinya dari udara. Setelah jatuh, ia akan diuapkan untuk menebus kembali udara. Semua kemunculan dan hilangnya segala sesuatu terjadi menurut aturan yang sudah ditatankan dalam waktu.
Simplicius juga berbicara tentang sebuah physis bernama ketakterbatasan (apeiron) sebagai asal dan akhir segala sesuatu. Sama seperti Thales gurunya, Anaximandros juga menemukan satu prinsip : ketakterbatasan. Apeiron ini tidak sama dengan salah satu dari berbagai unsur yang menyusun dunia kita yang kelihatan ini. Alasannya sederhana : karena semua materi yang kita kenal derajatnya sejajar (air menjadi udara, udara menjadi air ; kayu menjadi tanah, tanah menjadi kayu). Tak satu pun unsur dasariah dunia inderawi ini memiliki primasi dibandingkan unsur lain sehingga tidak bisa dikatakan menjadi prinsip.
Prinsip itulah yang memunculkan alam semesta ini berkat sebuah gerak abadi (mengapa harus abadi gerakan ini ? ya karena gerakan inilah yang memunculkan alam semesta, kalau gerakan ini digerakkan oleh sesuatu , artinya kita harus mencari sesuatu yang menggerakkan itu, dan seterusnya tanpa henti. Awal segala sesuatu akhirnya sulit diterangkan. Itu makanya, dipostulatkan – dinyatakan – bahwa gerak ini abadi ).
Gerakan inilah yang memunculkan semua langi-langit dan dunia-dunia yang ada di dalamnya”, dan ia tidak pernah berhenti. Gerakan ini terus menerus memunculkan sesuatu . Dan untuk bisa memunculkan itu, gerakan ini butuh sebuah materi . Karena “materi” yang dibutuhkan akan digerakkan terus untuk senantiasa memunculkan sesuatu, maka “materi” itu haruslah sesuatu yang “tak bisa habis, tak terbatas”.
- Dari “materi dasar” (prinsip) ini lalu muncul: langit-langit dan semua “elemen” yang ada di dunia. Dari situ baru muncullah apa-apa yang kita kenali di dunia ini. Dan semua itu masih dikendalikan oleh gerak abadi tersebut sehingga muncullah sebah SIKLUS teratur kejadian-kejadian yang semuanya taat pada tatanan waktu.
- Ini semua adalah tafsir yang belum tentu benar (mengingat sekalilagi minimnya teks, dan sumber yang kita gunakan adalah sumber-sumber yang jauh setelah kehidupan Anaximandros sendiri).
PENUTUP
Dipandang dari jurusan ilmu sekarang, banyak yang janggal tampak pada keterangan Anaximandros tentang kejadian alam. Tetapi ditilik dari jurusan masanya, dimana segala keterangan berdasar pada takhayul dan cerita yang ganjil- ganjil, pendapatnya itu adalah suatu buah pikiran yang sangat lanjut. Itu saja cukuplah untuk memandang dia sebagai ahli pikir yang jenial (genial). Tetapi yang jadi perhatian benar bagi orang kemudian ialah caranya menguraikan buah pikirnya. Ia mencari keterangan dengan metode berfikir yang teratur. Masalah yang banyak seluk- beluknya ditinjau dari satu jurusan pokok yang mudah.
Sebagai seorang murid Thales, nampak bahwa anximandros merupakan murid yang otentik, bahkan lebih cerdas dari gurunya. Ia tidak serta merta mengikuti apa yang gurunya berikan. Jika Thales mengatakan bahwa Physis itu adalah air, maka dengan sangat bijaksana Anaximandros membuat pernyataan bahwa Physis itu tidak mungkin yang berhingga, melainkan harus yang tak berhingga, sehingga menimbulkan suatu pendapat baru. Physis itu dinamakan Apeiron. Tetapi perlu diingat, walaupun Anaximandros mengatakan bahwa physis itu adalah apeiron, namun ia tetap menghargai dan mungkin saja terpengaruh oleh ajaran Thales dengan mengatakan bahwa asal- usul makluk hidup atau spesies- spesies adalah dari daerah lembab. Dan iapun mulai berspekulasi manakala terdapat pula hewan yang jauh dari kelembaban, bukan dengan observasi yang ilmiah. Ia berspekulasi bahwa dulu- dulunya semuanya itu berasal dari ikan atau seperti ikan yang dilindungi cangkang. Bedanya dengan makhluk lain, manusia dikandung lebih lama dan setelah bisa berkembang biak sendiri barulah manusia pertama itu keluar darinya. Anaximandros juga merupakan filsuf pertama yang menanyakan dari mana manusia itu muncul, bahkan ia sering dijuluki sebagai perintis pengikut teori Darwinisme.
Pada bidang astronomi, Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar, pendapatnya ini merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan rasionalistik untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional kohorensi internal fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu melahirkan sebuah prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip kecukupan rasio yang masih relevan dipakai hingga saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar